
Hadir
dalam seminar tersebut, Menteri Agama, Suryadharma Ali, Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar, Ahli Hukum
Tata negara, Prof. Jimly Ashshiddiqie, Ketua Panja Komisi VIII DPR, Dr.
Chairun Nisa dan Prof. Aida Vitayala.
Prof.
Jimly mengatakan bahwa kesetaraan bukan berarti kesamaan dan kesetaraan
tidak sama dengan kesamaan. Prinsip dari RUU KKG adalah anti
diskriminasi.
“Kita
bicara tentang substansi kebijakan, Kita bicara tentang perempuan dan
laki-laki, bukan kesamaan tapi kesetaraan. Prinsip dari RUU KKG ini
adalah anti diskriminasi. Spirit anti diskriminasi adalah non derogable rights”, jelas Prof. Jimly.
Tidak hanya itu, Dr. Chairun Nisa juga mengatakan bahwa RUU KKG ini berbeda dari RUU lainnya yang dibahas oleh Komisi VIII.
“Di
Komisi VIII, RUU jaminan produk halal, masih ada belum kesepahaman
antara DPR dan pemerintah juga RUU Penyelenggaraan Haji, tapi bedanya
RUU KKG sudah ada kesepahaman antara pemerintah dan DPR”, terang Dr.
Chairun Nisa, ketua Panja Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Golkar.
Kemudian
Aida Vitayala mengungkapkan bahwa Gender itu tidak sama dengan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. “Gender itu tidak sama dengan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Ada jenis kelamin sekunder dan jenis
kelamin tersier. Ciri biologis primer tidak dapat berubah, ciri biologis
sekunder alternatif, biologis tersier, ini yang dapat diubah, sesuai
komitmen norma setempat”, jelas Aida.
Ia
juga mengungkapkan dari tahun 1990-2000, di Indonesia sebelum ada
gender, perempuan itu sudah kerja, sudah berkarier, 80% karena mereka
harus bekerja. Tidak lagi dipersoalkan perempuan di rumah dan laki-laki
di luar rumah.
Dalam
kesempatan tersebut, seorang peserta perempuan, mengusulkan agar ada
pelatihan Gender pada ustadzah-ustadzah yang banyak di Majelis Ta’lim,
selain itu ia juga mempertanyakan banyaknya Perda-perda di Aceh yang
bertentangan dengan RUU KKG.
Menurut
Aida, diantara enam alasan wanita di dunia untuk tidak berkeluarga
adalah untuk mencapai the Top Carrier. Dari 1000 CEO yang ada di dunia
ada 40 perempuan (majalah Fortune), tidak menikah karena sulit menyeimbangkan kehidupan.* (Sarah, reporter hidayatullah.com)
Sumber dari:
0 komentar:
Posting Komentar